Jumat, 25 Januari 2013

Karakteristik Konsumen Indonesia & Faktor yang Mempengaruhi


Karakteristik Konsumen Indonesia (pada umumnya)

Indonesia memilki lebih dari 220 juta penduduk dengan ratusan suku yang tersebar di berbagai pulai.Sekalipun berbeda-beda suku dan bahasa,namun pasti ada kesamaan karakter,yang bisa dijadikan patokan bagi para marketer untuk menjalankan strategi marketing.10 karakter unik konsumen Indonesia bisa di jadikan referensi yang pas untuk itu.Namun Anda harus hati-hati menyelami karakter ini.

Karakter dari konsumen Indonesia itu antara lain :
1. Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.

2. Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatannya menarik (tanpa perencanaan sebelumnya).

3.Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.

4. Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.

5. Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu
dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu
sendiri.

6. Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar
negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di indonesia

7. Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung
simbol-simbol agama.

8. Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laristerjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkangengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masihmelekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.

9. Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.

10. Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurang pedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi 

Sumber : Kotler & Amstrong (2001:196)
Sikap konsumen akan mempengaruhi pilihannya dalam membeli, dimana seseorang mempunyai sikap terhadap segala sesuatu, misalnya : agama, politik, pakaian, makanan, dan lain-lain. Sikap menempatkan seseorang dalam kerangka berpikir, menyukai atau tidak menyukai, menghampiri atau menjual. Menurut Azwar (1988:24) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap yaitu : pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap konsumen bisa diubah. Dua cara lain yang bisa dilakukan pemasar untuk mempengaruhi seseorang untuk membeli produk atau merek yaitu : menyesuaikan atribut-atribut produknya dengan sikap konsumen yang telah ada, atau dengan mengubah sikap konsumen. Pilihan manapun dilakukan tentunya didasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk setiap alternatif.

Menurut Krech dan Crutch field (1984:152), sikap adalah suatu organisasi yang abadi tentang motivasi, emosi, persepsi, dan proses kognitif mengenai beberapa aspek lingkungannya. Menurut Fishbein & Aizein (1975:6), sikap merupakan suatu kecenderungan yang terpelajari dalam memberikan respon menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten mengenai obyek tertentu. Sedangkan menurut Loudon dan Bitta (1993:423), sikap merupakan penilaian positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, setuju atau tidak setuju dari perasaan seseorang terhadap suatu obyek. Namun selanjutnya Fishbein (1993:422) menyatakan bahwa lebih dari 100 definisi tentang sikap, dengan demikian maka belum ada kesepakatan yang baru tentang definisi sikap.

Sumber : http://vibizmanagement.com/journal/index/category/sales_marketing/132/310
Sumber : Kotler & Amstrong (2001:196)
http://forum.kompas.com/urban-life/34622-10-perilaku-konsumen-indonesia.html
http://ratni_itp.staff.ipb.ac.id/2012/06/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-konsumen/
http://ichwangooner08.blogspot.com/2013/01/karakteristik-dari-konsumen-indonesia.html

Jumat, 18 Januari 2013

PERILAKU KONSUMEN


CONSUMER INNOVATIVENNES

           Para pemasar seringkali berusaha untuk mempelajari perilaku dari para consumer innovators, yaitu mereka yang selalu menjadi yang pertama mencoba hal-hal yang baru baik barang, jasa, maupun kegiatan-kegiatan baru.
Beberapa karakteristik yang menentukan apakah konsumen seorang innovator atau bukan, anatara lain sebagai berikut ini.
a.       Tingkat keinovatifan
          Tingkat keinovatifan konsumen dapat diukur menggunkan instrument yang di bentuk oleh para peneliti, yang bersifat fleksibel dalam doamin kajiannya.
b.      Dogmatisme

     Dogmatisme merupakan karakteristik manusia yang mengukur kekakuan atau rigidity dan keterbukaan yang di tunjukkan konsumen terhadap informasi atau hal-hal baru yang kurang familiar atau yang tidak sesuai dengan sistem keyakinan mereka.


c.       Karakter sosial

      Karakter sosial merupakan karakteristik seseorang yang meliputi 2 titik ekstrem yaitu inner-directedness dan other-directedness. Istilah ini yang pertama berarti konsumen cenderung menggunakan nilai-nilai maupun keyakinan dalam dirinya sendiri dalam mengevaluasi produk, sedangkan other-directedness mencerminkan karakteristik konsumen yang lebih mempertimbangkan nilai-nilai atau petunjuk dari orang lain mengenai apa benar dan apa yang salah dalam mengevaluasi produk.

Contoh Kasus Consumer innovativennes
            Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode diskriptif dan studi kasus, pada industri pengolahan rotan PT. Fairco Agung Kencana pada bulan januari sampai dengan maret 2004. Data yang meliputi data primer dan sekunder. Teknik pengambilan contoh (responden) dilakukan secara sengaja. Data hasil penilaian responden terhadap indikator komponen teknologi dan indikator kemampuan teknologi diolah dengan analisis Gap, dengan melihat perbedaan dari kedua indikator tersebut. Sedangkan dalam menentukan alternatif strategi yang di lakukan di hitung dengan menggunaka PHA(Proses Hirarki Analitik).




CONSUMER COMPULSIVE CONSUMPTION

       Perilaku konsumsi yang kompulsif termasuk perilaku yang abnormal yang merupakan contoh ”sisi gelap konsumsi’’. Para konsumen yang kompulsif cenderung kecanduan; dalam beberapa hal, mereka tidak dapat mengendalikan diri dan tindakan mereka dapat berakibat merusak diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka.

Contoh Kasus Consumer Compulsive consumption
       Contohnya pada jeansLevi’s 501 adalah dapat diandalkan dan kuat, sejati dan asli, orang amerika dan orang barat. Citra merek yang mirip kepribadian seperti mencerminkan visi konsumen mengenai intisari dari beragai merek produk konsumen yang kuat. Personifikasi merek yaitu berusaha untuk menuangkan kembali presepsi konsumen mengenai sifat-sifat produk atau jasa. Banyak konsumen yang menyatakan diri mereka mengenai produk atau merek menurut kepribadian yang mereka kenal.



CONSUMER ETHNOCENTRIM

       Konsumen dengan etnosentrisme tinggi akan cenderung memiliki perasaan bersalah apabila mengonsumsi produk dari luar negeri karena berakibat buruk buat perekonomian bangsanya sendiri. Etnosentrisme konsumen berasal dari konsep psikologis yang lebih umum dari etnosetrisme. Pada dasarnya, orang etnosentrisme cenderung memandang kelompok mereka sebagai superior dari orang lain. Dengan demikian, mereka memandang kelompok lain dari perspektif mereka sendiri, dan menolak orang-orang yang berbeda dan menerima orang-orang yang mirip.

Contoh Kasus Consumer Ethnocentrim
         Mudahnya ketika ada dua orang yang sedang makan siang yaitu dimas dan fajar dia makan siang dengan kecap, dimana orang indonesia khusus nya orang jawa itu suka kecap, beberapa teman kami memperhatikan kami dan mereka berkata, aneh. Dimas dan fajar terdiam, kesimpulan yang saya ambil yaitu tidak semua orang indonesia suka dengan kecap atau tepat tidak biasa dimakan pakai nasi.

SUMBER:



               http://www.scribd.com/doc/28601689/kepribdian-dalam-perilaku-konsumen